Info
Loading...

Satu Kesepahaman

0
Minggu, Juni 09, 2013

Dalam strategi komunikasi, desain memainkan peran penting dalam menciptakan dan membangun sebuah brand. Desain mampu menciptakan atmosfer dan membangkitkan emosi secara visual. Elemen visual yang mendukung terciptanya sebuah brand inilah yang disebut dengan brand identity.

Dalam bukunya: Designing Brand Identity, Alina Wheeler memaparkan bagaimana brand identity mampu mengubah nilai yang tidak berwujud menjadi sesuatu yang dapat diindra oleh manusia. Kita dapat melihatnya, menyentuhnya, memegangnya, mendengarnya serta melihatnya bergerak. Brand identity dapat dianalogikan selayaknya bahan bakar dari proses pengenalan, penguatan serta diferensiasi dari sebuah brand.

Brand identity memiliki banyak elemen. Salah satu elemen terpenting dari brand identity adalah logo. Seperti yang dikatakan oleh Milton Glaser, logo adalah pintu gerbang menuju sebuah brand. Maka sebuah pintu harus mampu merepresentasikan apa yang ada di dalamnya. Logo yang efektif merupakan investasi jangka panjang yang tidak akan pernah terkubur oleh arus peradaban.

Dewasa ini, tingginya tingkat kebutuhan akan seperangkat brand identity ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat pemahaman akan brand identity itu sendiri. Sebagian orang dengan berbekal kemampuan perangkat grafis seadanya tidak lagi sungkan untuk membuka sebuah jasa pelayanan logo dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh branding agency yang sesungguhnya.

Fenomena ini bisa kita rasakan manakala kita menelusuri berbagai situs yang menawarkan jasa pelayanan logo cepat dan hemat. Ironisnya dengan budget lima puluh ribu rupiah, kita sudah bisa membawa pulang rancangan logo yang sesuai dengan selera kita. Hal ini terjadi karena berkembangnya sebuah persepsi yang salah mengenai pemahaman tentang brand identity (termasuk berbagai elemen didalamnya) dibenak masyarakat awam. Bagi mereka, fungsi logo hanya sebatas ornamen hias dari perlengkapan kerja sehari-hari mereka.

Merancang sebuah logo berarti merancang sebuah sistem. Logo yang baik memiliki sistem yang mampu menyelesaikan permasalahan yang ada pada lembaga, perusahaan maupun sebuah produk yang ditanganinya. Tidak heran jika Alina Wheleer menyebutnya sebagai sebuah valuable asset dari sebuah brand identity. Logo yang baik selalu berangkat dari sebuah riset yang panjang. Riset inilah yang menjadi acuan dalam menemukan akar dari permasalahan yang nantinya akan diselesaikan melalui proses pendekatan visual serta komunikasi yang terwujud dalam konsep perancangan sebuah logo.

Tentu riset komprehensif yang melibatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu dan berkompeten dibidangnya memerlukan biaya yang tidak murah. Perlu diketahui bahwa logo BNI yang ditangani oleh sebuah konsultan brand multinasional, Landor Associates memakan biaya yang cukup fantastis. Lima milyar rupiah untuk seperangkat brand identity yang kini bisa kita identifikasi dengan begitu mudahnya.

Sampai disini, akar permasalahan yang terjadi saat ini sesungguhnya bukan terletak pada murah atau mahalnya harga dari sebuah jasa perancangan sebuah logo. Juga bukan pada pantas atau tidaknya seseorang untuk merancang sebuah logo. Sebuah logo murah bisa menjadi sangat relevan jika dibangun dari sebuah asumsi riset sederhana serta pemahaman seadanya mengenai brand dan visual identity. Siapapun dan dari disiplin ilmu manapun juga memiliki hak untuk berkreasi dalam menciptakan sebuah visualisasi simbolik yang nantinya akan diklaim sebagai sebuah logo yang baik.

Akar permasalahan utama sejatinya ada pada setiap diri kita sebagai seorang yang memahami inti persoalannya. Kita bukan seorang desainer komunikasi visual yang hanya bisa diam melihat problematika yang terjadi disekitar kita. Sudah saatnya kita peka dan mulai membaur untuk mengedukasi masyarakat tentang urgensitas dari sebuah perangkat yang terdefinisikan sebagai brand identity ini.

Ketika tingkat pemikiran serta persepsi masyarakat mengenai sebuah brand identity telah menyatu dalam kesepahaman. Terdefinisikan dalam satu pengertian utuh, maka biarkan masyarakat sendirilah yang menentukan pilihan terbaik mereka. Cepat atau lambat mereka akan menghampiri brand consultant yang mereka kehendaki. Yakinlah jika cinta terbaik mensyaratkan cara yang terbaik. Karena itulah peran kita sebagai seorang desainer komunikasi visual yang begitu berarti.

About the author

Bukan siapa-siapa, cuma seorang pemuda yang hobi ngobrol dan berenang. Sekarang ini sedang sibuk memandang awan yang bergerak lambat

0 komentar: